Bismillahirrahmanirrahiim
Wahai Saudari kami...
Mungkin kalian pernah mendapati kami dalam keadaan dingin dan membisu
Padahal bisa saja, kami membuka pembicaraan dan memecahkan suasana bersama kalian
Namun
kami sadar, bahwa tak layak bagi kami bermudah-mudah dikarena khawatir
hal itu akan mengikis kadar rasa malu kalian kepada kami.
Mungkin kalian pernah merasa risih ketika kami tidak memperhatikan wajah ketika berbicara dengan kalian?
Padahal memandang kalian ketika berbicara adalah mudah bagi kami,
Namun
dengan memalingkan wajah, kami berharap agar kalian akan lebih
berhati-hati dalam berbicara dan menjadikan keadaan itu lebih suci bagi
hati masing-masing.
Wahai Saudariku...
Mungkin kamu akan mengatakan aku aneh ketika aku melarangmu menelefonku
Padahal, bisa saja aku menganggkatnya setiap saat engkau menelefonku
Namun
aku belajar untuk menghargai seseorang yang berhak akan mendampingimu
kelak, dengan cara tidak berduaan denganmu dalam keadaan yang tidak ada
yang menemani.
Mungkin
kamu akan kesal apabila aku tak memberikan pesan penyemangat ketika
engkau melaporkan kepadaku tentang kegiatanmu hari ini
Padahal mudah saja jika aku harus mengirimkan sebuah pesan tersebut agar membuat jiwamu menjadi lebih bersemangat mengerjakannya
Namun,
keberadaanku di sekitarmu ku harap tidak menggoyahkan kesucian hatimu
dengan mengirimkan kepadamu pesan-pesan yang seharusnya tidak pernah
kamu terima dariku jika itu justru akan membuatmu berangan-angan.
Wahai Saudariku...
Bisa
jadi sebuah harapan pernah terbesit dihatimu sehingga mungkin engkau
akan merasa gundah ketika aku tidak pernah meminta meminangmu.
Padahal, bisa saja aku lakukan itu agar hatimu senang
Namun aku sadar bahwa aku belum siap, maka aku redamkan lidah ini untuk menyatakannya di dalam diam.
Mungkin kamu akan datang memintaku agar kamu menantiku
Padahal aku mampu mengizinkan permintaanmu itu
Namun,
apakah kamu tidak merasa sakit ketika suatu saat jodohku adalah bukan
dirimu? Bukankah usahamu untuk bersamaku dengan cara menantikanku adalah
sia-sia?
Atau mungkin saja kamu akan merasa gelisah ketika aku tidak pernah memintamu menungguku
Padahal bisa saja permintaan itu akan engkau indahkan ketika aku memintanya kepadamu
Namun
aku mencintaimu atas dasar kesucian, maka aku tidak akan memintamu
untuk itu hanya karena ingin mempersilahkan laki-laki shaleh lain untuk
meminangmu
Bukankah
kesucian yang aku inginkan untuk menikahimu? Jika demikian, maka lebih
baik engkau menikah kepada laki-laki yang telah siap meminangmu tanpa
harus membuatmu menunggunya.
Atau bisa jadi, kamu bosan karena terlalu lama menungguku untuk menyatakan sebuah ungkapan-ungkapan indah kepadamu
Padahal, bisa saja aku menyatakan itu untuk menyenangkan hatimu
Namun, Diam adalah caraku mencintaimu karenaNya, berharap hal itu lebih memelihara kesucian hatiku dan hatimu setelahnya...
Aku belajar mencintaimu dalam keimanan
Berharap agar dapat menjaga rasa maluku dan memelihara kesucian hatimu
Ini
lah caraku Mencintaimu karenaNya, diam dan tak pernah terucap hingga di
ujung lidah yang lunak bahkan tak pernah terlukiskan oleh aktifitasku
yang dapat engkau lihat
Berharap menjadi pemalu seperti Rasul, Muhammad*
Dan membawamu menjadi suci seperti Ibunda Isa, Maryam
Suci, tak pernah tersentuh laki-laki...
Semoga Allah memaafkan aku ketika aku bersalah
Allahuma Amiiin
<Akhina Ifa Sabbihisma Rabbika>
NB:
Pesan ini tidak diperuntukkan khusus bagi seseorang, melainkan sebagai renungan
Syukron Ila Abul Jauza di http://al-jauzaa.blogspot.com/2011/04/caraku-mencintaimu-karenanya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar