Kenali Kebenaran, Maka Kamu Akan Tahu Siapa Yang Benar. Lihatlah Apa Yang Dikatakan Jangan Melihat Siapa Yang Mengatakan.

Sabtu, 19 November 2011

Kedudukan Manhaj Dalam Agama (Islam)


APA ITU MANHAJ :

Membuka wacana berfikir ilmiyah tentang pengertian manhaj Ahlus Sunnah wal Jama`ah merupakan tuntutan yang lazim, sehingga ummat memiliki wawasan komprehensif terhadap hakikat dan kedudukan Ahlus Sunnah wal Jama`ah.


Manhaj menurut bahasa maknanya "jalan yang terang" sebagaimana dijelaskan dalam QS al Maidah: 48.

... لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ...

“...Untuk tiap-tiap umat diantara kamu [*], Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu...” (QS Al Maidah: 48)

[*] Maksudnya: umat Nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang sebelumnya.

Namun secara istilah (terminology), maka makna "Al Manhaj" adalah aturan yang diikuti kaum muslimin di dalam memahami, mengamalkan dan menyebarkan agama. (Al Manhaj, Yayasan ash shofwa, hal. 3-4, Jakarta)

Minhaj adalah satu cara atau jalan yang ditempuh jama`atul muslimin dalam mewujudkan perkara aqidah di dalam hati, dan penegakan syariah Allah di muka bumi. (Silsilah As Sabil ilaa Thaifah al manshurah, Syaikh Adnan al `Ar Ur)

Minhaj adalah satu bagian dari bagian-bagian Islam, berdasarkan dua nash, pertama dari QS 5: 48 dan kedua sabda Nabi SAW dalam hadits Hudzaifah RA : ... kemudian terjadi khilafah (sistim kekhalifahan) di atas manhaj kenabian (Khilafah ‘ala manhajin nubuwwah)  (HR Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Maka jelas bahwa: MANHAJ merupakan bagian dari ad Dien, sebagaimana halnya syari`ah, aqidah, akhlak dan suluk.

Ketika seorang mukmin memohon hidayah dari Allah berupa “shirathal mustaqim” dalam surat al Fatihah, maka artinya (menurut Ibnul Qayyim al Jauziyah rahimahullah) bahwa seorang mukmin itu memohon untuk selalu berada di jalan lurus,  yaitu di atas Al Qur’an dan as Sunnah.

Dan ini menjadi Rukun I dan II  JALAN KEMBALI KEPADA AD-DIEN. Namun mengingat banyaknya ikhtilaf di kalangan muslimin muta`akhirin setelah tiga generasi unggul (salaf umat ini), maka perlu pernyataan tegas agar kita selamat dari fitnah perselisihan dan jalan kembali kepada al Qur’an dan as Sunnah (rukun I dan II), maka Allah menjelaskan perlunya meniti jalan yang telah ditempuh oleh para pendahulu kita yang telah Allah anugerahkan rahmat dan kenikmatan atas mereka, termasuk jalan yang ditempuh para shalihin (dari kalangan salaf sahabat RA). Dan ini menjadi rukun III dari jalan seorang mukmin kembali kepada Ad Dien. Shirathal mustaqim adalah jalan yang dapat menghindarkan dari kesesatan jalan dan kemurkaaan Allah (yang merupakan dua jalan kefasadatan yang ditempuh ahlul Kitab dan yang mengikuti jejak mereka). Jalan para nabi, syuhada', shddiqin dan shalihin.

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا (٦٩) ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ عَلِيمًا (٧٠)


69. Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin [*], orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.
70. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui.

[*] Ialah: orang-orang yang Amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran rasul, dan Inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat sebagaimana yang tersebut dalam surat Al Faatihah ayat 7.

Kesesatan dan Kemurkaan Allah merupakan dua penyakit yang membunuh setiap insan. Dan kedua nya sebagai akibat dari rusaknya ILMU (fasadul `ilmi) dan rusaknya TUJUAN (fasadul qashdi).  Fasad ilmu sebagai penyebab sesatnya seseorang, dan fasad qashad sebagai penyebab murka Allah.  Dan shirathal mustaqim merupakan obat kedua penyakit mematikan tersebut. Inilah maksud dari firman Allah yang terkandung dalam QS At Taubah 153. Jalan kesesatan (yang ditempuh nashrani) dan jalan yang dimurkai Allah (yang ditempuh Yahudi) merupakan contoh makna “As Subul” dalam ayat ini, dan jalan-jalan lain yang tidak mengikuti jalan sunnah, di atas setiap jalan-jalan itu SYAITHAN menyeru manusia. Oleh karena itu shirathal mustaqim adalah jalan yang dengannya Allah mengutus para rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya.

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[*], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al An’am. 153)

Seseorang tak akan sampai kepada Allah (dengan selamat) kecuali melalui satu-satunya jalan ini (ash shirath al mustqim), dan andaikan manusia mendatanginya melalui jalan-jalan lain dan membuka pintu-pintunya, maka semua jalan  itu buntu (masdudah) dan semua pintu nya tertutup (mughlaqah). Ya....... kecuali melalui satu-satunya jalan, yang dapat menyampaikan nya kepada Allah sebagai penghubung dengannya, sebagai jalan paling dekat, lurus tiada berkelok, yang dapat menyampaikan kepada tujuan, jalan yang luas / lebar bagi setiap yang melaluinya . (Ibnu Qayyim rahimahullah dalam Tafsirnya dan dalam Madarijus Salikin jilid I)

Simaklah Dua Ayat dari Firman Allah berikut ini :

وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah. 100)

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

“Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu [*] dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An Nisa 115)

[*] Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan.

Yang bukan termasuk Manhaj Shahabat dan Ahlus sunnah wal Jama`ah :
1. mencapai tujuan dengan segala cara, seperti mencapai kekuasaan dengan metode apapun walau dengan manhaj yahudi dan nashrani seperti melalui demokrasi, sosialisme, dan sejenisnya. Membenarkan partai sebagai jalan menempuh kekuasaan ala demokrasi, walau dia sendiri sebenarnya mengakui "jeleknya demokrasi" secara teori maupun praktik. Ini adalah manhaj pengabdi hawa nafsu.
2. Mendahulukan maslahat khususs atau umum atas nash-nash yang jelas melarangnya, ini adalah manhhaj munafiqun
3. Membolehkan hal-hal yang dilarang (musik , nyanyian, goyangan, lukisan makhluk bernyawa, wanita berenang di tempat umum, ikhtilath dll,) dengan meninggalkan kewajiban, menjauhi yang disunnahkan, dengan klaim demi kemaslahan dakwah. Itulah terkadang mereka mengadakan acara nada dan dakwah, konser amal dsj.
4. Menghimpun (kader-kader/pengikut) dengan metode penyatuan tanpa nilmu dan tarbiyah yang sunniyah. Dll......

Termasuk perkara Manhaj adalah:
1.   Menahan tangan (berlaku sabar, padahal sudah sangat kesal dan sakit oleh musuh) ketika kondisi lemah di Makkah pada awal Perjuangan Nabi SAW, namun membuka tangan lebar-lebar maju bertempur ketika di Madinah, atau pada kondisi umat itu kuat dan kokoh. Ini adalah perkara Manhaj bukan strategi kondisional atau taktis belaka. Adalah suatu keharusan (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, QS 4 : 77).
2.   Bersabar atas peristiwa penganiayaan Yasir dan Sumayyah di Makkah, juga pembantaian Yahudi Khaibar di Madinah termasuk kepada seorang wanita. Ini adalah manhaj.

Diantara Sifat Thaifah al Manshurah (Ahlus sunnaah wal Jama`ah):
1.   Istimrariyah (berkesinambungan), QS at Taubah: 100, ayat ini menunjuk adanya Sejarah mulai adanya jama`ah, disana ada sejumlah manusia yang menganutnya, bukan semata Manhaj. Muttabi` dalam ayat ini menunjuk adanya sifat istimrariyah keberadaannya, dan sifatnya umum dan tidak terputus, dan orang-orang nya terus-menerus di atas jalan ini.  Thaifah al Manshurah adalah manhaj dan muqawwamat, jama`ah dan orang-orang berdiri di atas manhaj ini, baik aqidahnya dan jalan yang ditempuhnya, syariahnya dan akhlaknya, jihad dengan lisan , amal dan senjata silih berganti. Jadi kalau ada di zaman ini masih ada yang sengaja membentuk jama`ah baru, bukan meneruskan jama`ah awal, dimana mereka melakukan aturan sendiri (nizham dan tanzhimnya, wala-bara'nya), maka ia disebut dengan jama`ah munqatihi' sanad (sandanya terputus), dan biasanya mereka loyal hanya sesamanya, muwafaqah dan berteman dengan sesame anggota, namun menganggap orang yang tidak muwafaqah dengan mereka dianggapnya sebagai musuh dan membahayakan, bahkan ada lagi yang mengkafirkan jama`ah lain atau orang yang mau masuk ke jama`ah mereka.
2.   Bersatu (berjama`ah) hanya di atas Tauhid dan Manhaj, dan berpisah pun di atas kedua prinsip tersebut.
3.   Symuliyatud Dakwah (matan dan obyek dakwahnya menyeluruh) meliputi semua lapisan masyarakat, yaitu seluruh manusia : dari tukang sayur sampaim insinyur, dari rakyat jelata sampai pejabat berbuasa, dan segala level pendidikan dan status sosial, semua berhak mendapat dakwah.

Diantara Pemahaman Pokok Ahlus sunnah Thaifah al Manshurah :
1.   Semua bencana, musibah dan petaka yang menimpa kita adalah karena perbuatan dosa kita. QS 4: 79, Syura: 30. Perhatikan kasus perang Uhud QS 3: 165-166, perang Hunain QS at Taubah: 25, juga kaum Saba', QS Saba : 16, An Nur : 63, al An`am: 65. . Sabda Nabi saw: mushibah, penyakit dan kesedihan adalah sebagai balasan (pendahuluan di dunia) di dunia ini" Shahihul Jamai' : 6717.
2.   Berubahnya kondisi (waqi') kita tergantung pada sejauh mana kita-kita sendiri mau merubahnya, QS ar Ra`du : 11
3.   Mendidik pribadi-pribadi ummat  dan menyatukan shaff sebelum memikirkan bagaimana menghadapi musuh-musuhnya.  Sebab mujahid itu mestilah telah terbina aqidahnya dan akhlaknya, telah banyak memakan asam garam perjuangan, merasakan rasa kesabaran dan ukhuwwah, siap berkorban dan berlalkun Itsar, sempat menikmati lezatnya ketaatan dan kepatuhan, pada Allah, Rasul Nya dan pemimpin-pemimpinnya.
 Diantara Ushul Manhaj as Salaf Ahlussunnah wal Jama`ah:
1.   Berpegang teguh dengan Islam secara menyeluruh, QS 2: 208, dijelaskan oleh Ibnu Katisr dan Ibnu Taimiyah. 
2.   Ad Da`wah ilat Tauhid awwalan wal `amal fil `ibadat tsaniyan ma`at tamassuk bil akhlaqi da'iman.
3.   Din kita adalah Din Ittiba`, bukan Din Fikr dan Ibtida`.

Ditulis ulang dan di sunting oleh Abuzzaman Ibn ‘Arifin dari tulisan Abu Fahmi Ahmad dengan judul “BERSATU DI ATAS AQIDAH DAN MANHAJ PERLU SATU TAFSIR DAN SIKAP” Pada http://mahad-ib.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar